Skip to content
Waspadai Hepatitis B dan C: Si Pembunuh Diam-diam yang Mengintai Hati Anda

Waspadai Hepatitis B dan C: Si Pembunuh Diam-diam yang Mengintai Hati Anda

Apa Itu Hepatitis?

Hepatitis adalah peradangan hati yang paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Dari beberapa jenis hepatitis, Hepatitis B dan Hepatitis C termasuk yang paling berbahaya karena bisa menyebabkan penyakit hati kronis, sirosis, hingga kanker hati. Meski terlihat mirip, keduanya memiliki perbedaan penting dalam penularan, perkembangan penyakit, dan cara pengobatannya.

Apa Perbedaan Hepatitis B dan C?

Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV), sedangkan Hepatitis C disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV). Hepatitis B lebih mudah menular karena dapat menyebar melalui darah, cairan tubuh (termasuk hubungan seksual), serta dari ibu ke bayi saat proses persalinan. Sementara itu, Hepatitis C terutama menular melalui darah, seperti transfusi darah yang tidak aman, berbagi jarum suntik, atau alat tato yang tidak steril. Penularan lewat hubungan seksual pada Hepatitis C jauh lebih jarang.

Dari sisi gejala, keduanya bisa tidak menimbulkan tanda-tanda sama sekali pada awal infeksi. Namun, bila muncul, gejalanya bisa berupa demam, kelelahan, mual, sakit perut, urine gelap, dan kulit atau mata yang menguning. Yang berbahaya, banyak penderita Hepatitis C tidak tahu bahwa mereka terinfeksi sampai penyakitnya sudah kronis dan menyebabkan kerusakan hati.

Dampak Kesehatan yang Perlu Diwaspadai

Baik Hepatitis B maupun C dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis jika tidak ditangani dengan benar. Dalam jangka panjang, infeksi ini bisa menyebabkan sirosis (jaringan parut permanen pada hati), gagal hati, hingga kanker hati.

Yang membuat Hepatitis C lebih mengkhawatirkan adalah bahwa sebagian besar kasus infeksi akut akan berkembang menjadi kronis. Sedangkan pada Hepatitis B, sebagian besar orang dewasa yang terinfeksi akan sembuh, namun sekitar 5–10% akan menjadi kronis dan berisiko mengalami komplikasi.

Bagaimana Pengobatannya?

Untuk Hepatitis B, pengobatan bertujuan untuk mengontrol virus, bukan menghilangkannya. Obat antivirus seperti tenofovir dan entecavir digunakan untuk menekan aktivitas virus dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Penderita kronis biasanya memerlukan pengobatan jangka panjang dan pemeriksaan hati secara rutin.

Sementara itu, Hepatitis C kini bisa disembuhkan. Berkat hadirnya obat antivirus jenis baru (DAA – Direct Acting Antiviral), seperti sofosbuvir, ledipasvir, atau daclatasvir, lebih dari 90% pasien dapat sembuh total dalam waktu 8 hingga 12 minggu. Pengobatan ini juga memiliki efek samping yang jauh lebih ringan dibandingkan terapi lama.

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Pencegahan Hepatitis B bisa dilakukan dengan vaksinasi, yang sangat efektif dan dianjurkan sejak bayi. Selain itu, menjaga kebersihan, menggunakan alat medis yang steril, dan praktik seks yang aman juga sangat penting.

Untuk Hepatitis C, karena belum ada vaksin, fokus pencegahannya adalah menghindari kontak dengan darah orang lain. Hindari penggunaan jarum suntik bersama, pastikan alat tato atau tindik steril, dan selalu waspada terhadap prosedur medis di tempat yang tidak higienis.

Siapa yang Perlu Melakukan Tes Hepatitis?

Tes Hepatitis penting dilakukan oleh:
- Ibu hamil
- Pengguna narkoba suntik atau mantan pengguna
- Orang yang menerima transfusi darah sebelum tahun 1992
- Tenaga medis yang sering terpapar darah
- Pasangan dari penderita hepatitis kronis
- Siapa pun yang pernah melakukan prosedur medis invasif di tempat tidak steril

Kesimpulan

Hepatitis B dan C adalah dua penyakit serius yang menyerang hati dan bisa mengancam jiwa bila tidak terdeteksi dan ditangani dengan tepat. Meski gejalanya sering tidak terlihat, dampaknya bisa sangat merusak tubuh dalam jangka panjang.

Dengan vaksinasi, pemeriksaan dini, dan pengobatan yang tepat, kita bisa mencegah penyebaran dan komplikasi dari kedua virus ini. Jangan tunggu gejala muncul lindungi diri dan keluarga dengan kesadaran kesehatan yang lebih baik sejak sekarang.

Previous article Mikrobioma Usus: ‘Organ’ Tak Terlihat yang Bisa Mengubah Mood dan Berat Badan Anda
Next article GERD dan Gaya Hidup: Hubungan Erat Antara Lambung dan Stress