Skip to content
Kanker di Usia Muda: Mengapa Kini Lebih Banyak Anak Muda Terdiagnosis?

Kanker di Usia Muda: Mengapa Kini Lebih Banyak Anak Muda Terdiagnosis?

Beberapa dekade lalu, kanker lebih sering dikaitkan dengan usia lanjut. Namun kini, statistik menunjukkan tren yang mengkhawatirkan: semakin banyak anak muda, bahkan di usia 20–30-an, yang terdiagnosis kanker. Mengapa ini terjadi, dan apa yang bisa kita lakukan?

Lonjakan Kanker Usia Muda: Bukan Mitos
Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal BMJ Oncology pada 2023 mencatat bahwa kasus kanker early-onset (usia di bawah 50 tahun) meningkat signifikan secara global, khususnya kanker kolorektal, payudara, dan tiroid.
Di Indonesia sendiri, dokter mulai melaporkan peningkatan jumlah pasien kanker di usia produktif, terutama dari kalangan urban yang bergaya hidup cepat dan kurang sehat.

Apa Penyebabnya?
1. Gaya Hidup Modern
Konsumsi makanan ultra-proses (fast food, makanan tinggi gula dan lemak trans) terbukti berkontribusi pada peradangan kronis dan gangguan metabolik.
Kurangnya aktivitas fisik dan duduk terlalu lama (sedentary lifestyle) juga menjadi faktor risiko utama kanker usus besar dan kanker lainnya.
2. Paparan Lingkungan dan Teknologi
Paparan polusi udara, bahan kimia rumah tangga, hingga sinar biru berlebihan dari layar gadget ikut dicurigai mempercepat kerusakan sel.
Paparan radiasi dari prosedur medis (CT scan, rontgen berulang) juga disebut berpotensi meningkatkan risiko, meski masih diteliti lebih lanjut.
3. Ketidakseimbangan Hormon dan Stres
Gangguan tidur, stres kronis, dan masalah hormon akibat pola hidup yang kacau ikut dikaitkan dengan munculnya kanker tertentu, terutama pada wanita muda (kanker payudara, ovarium).
4. Faktor Genetik yang Tidak Disadari
Sebagian anak muda ternyata mewarisi mutasi genetik seperti BRCA1/2 (pada kanker payudara) atau sindrom Lynch (pada kanker kolorektal), namun tidak menyadarinya karena belum pernah tes genetika.

Tantangan Utama: Terlambat Diketahui
Karena kanker jarang "dicurigai" terjadi pada usia muda, gejalanya sering diabaikan atau salah diagnosis. Misalnya:
- Darah di feses dianggap ambeien biasa,
- Benjolan di payudara dianggap hanya kista,
-  Sakit perut terus-menerus dianggap maag.

Akibatnya, banyak kasus baru terdeteksi di stadium lanjut saat penyembuhannya lebih sulit.

Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
1. Waspada terhadap gejala tubuh sendiri: Jangan abaikan perubahan yang menetap atau makin memburuk.
2. Mulai gaya hidup sehat sejak dini: Diet seimbang, tidur cukup, olahraga teratur.
3. Cek riwayat keluarga: Jika ada anggota keluarga dengan riwayat kanker, konsultasikan ke dokter untuk skrining lebih awal.
4. Edukasi diri dan orang sekitar: Kanker bukan cuma penyakit orang tua. Semakin cepat diketahui, semakin tinggi peluang sembuh.

Penutup: Waspada Tanpa Panik
Kabar baiknya, kesadaran terhadap kanker usia muda kini meningkat. Deteksi dini, kemajuan pengobatan, dan gaya hidup sehat bisa membuat perbedaan besar.
Jadi, bukan soal menjadi paranoid, tapi menjadi generasi yang peduli pada kesehatan diri sendiri sejak muda.

Previous article DNA Bicara: Bagaimana Genetika Menentukan Suplemen yang Kamu Butuhkan
Next article 7 Makanan Sehat yang Menjaga Tubuh Tetap Bugar, Siap Tampil Lebih Sehat Setiap Hari!